Rabu, 20 Februari 2013

Payung, Aku dan Ibu

Hujan hari Selasa sore ini cukup deras mengguyur kota Jogja, Sejak pulang sekolah hingga jam menunjukkan pukul 4 sore pun hujan tetap bergeming. Hari ini jadwalku untuk bimbel di salah satu bimbingan belajar di Jogja. Dari kostku aku harus naik bus yang cukup jarang ada jika hujan tiba.
Dari teras kostku aku berdiri memandang hujanyang tak kunjung reda. Baju seragamku yang sedikit basah terkena hujan saat pulang sekolah menuju kost, tetap aku pakai untuk berangkat les.

'Kalo begini caranya mau tidak mau aku harus menerobos hujan untuk sampai di halte bus,' pikirku.

Akupun memutuskan untuk menerobos hujan, basah tidak apalah yang penting berangkat dan lebih baik telat daripada tidak hadir. Dari kost menuju halte bus, membutuhkan waktu tidak sampai 5 menit, di tengah jalan ada beberapa pemuda yang ada di sebuah bengkel menyapaku. Aku tidak kenal mereka dan mereka tidak mengenalku. Aku hanya diam tidak menjawab sapaan mereka, aku tau itu adalah kalimat menggoda yang sering dilontarkan oleh pemuda iseng di daerah ini. 
Aku sudah sampai halte, basah sedikit dan aku sadar bahwa payungku ketinggalan di kamar. 

15 menit aku menunggu tapi bus jurusan menuju BimBelku tak kunjung datang. Aku memutuskan untuk menelpon kakakku yang ada di Jogja untuk mengantarku ke tempat BimBel. 
5 kali dering, tapi telpon tak diangkat. Aku putus asa menunggu bus, ditengah kekalutan berangkat apa tidak kemudian busku datang. Ahhh... lega rasanya sedikit kering di dalam bus. 
Setelah turun dari bus aku harus berjalan lagi menuju tempat BimBel dan aku TIDAK MEMBAWA PAYUNG. Dan hujan masih konsisten dengan butiran-butirannya yang membasahi jilbab putih seragamku. 
Dingin mulai menjalari bahuku. 
Entah kenapa pada saat hujan seperti ini, tak membawa payung pemberian ibu, aku selalu teringat pada ibuku yang ada di rumah. Sedang apa beliau?
Payung itu diberikan agar aku bisa terhindar dari hujan, tetap kering dan tidak sakit.
Dan sekarang aku basah, dingin dan tiba-tiba membenci hujan.
Aku ingin payungku, aku kangen ibu.

Jumat, 16 November 2012

A-B-C-D

Bahagia itu sederhana..
Ketika kau duduk disampingku
Secangkir teh ditangan

Kau memandangku dengan sendu,
Seolah berkata bahwa kau harus mengubah langit itu
Membirukan langit yang sudah pasti senja

Begitulah rasa kita, mengubah sesuatu yang sudah pasti tidak
Berusaha tegar, tegap.
Tapi semua menjadi bisu.

Ketika aku merapal semua huruf abjad
A-B-C-D
Aku berhenti pada huruf C
Berlanjut ke L
Tergugu pada R
Dan mengeja T

Itukah kita?

Cinta

Love

Romance

dan TUHAN.